III. KEGIATAN BELAJAR

A. KEGIATAN BELAJAR-1

1. LEMBAR INFORMASI- 1: RUANG LINGKUP PEMBESARAN IKAN

Pembesaran ikan merupakan salah satu unit kegiatan pada budidaya ikan. Budidaya ikan merupakan usaha untuk mengembangbiakan ikan untuk meningkatkan hasil lebih baik jika dibandingkan dengan pemeliharaan ikan di alam. Pengertian tersebut dapat di jabarkan bahwa usaha budidaya ikan dengan teknik/ cara dengan mengoptimalkan seluruh sumberdaya untuk meningkatkan hasil ikan. Berdasarkan pengelolaan, kegiatan pembesaran dibagi menjadi 3 yaitu pembesaran ikan secara tradisional, semi intensif dan intensif.

a. Pembesaran Ikan secara Tradisional

Pembesaran ikan secara tradisional umumnya dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan protein hewani. Umumnya masyarakat memanfaatkan lahan/kolam untuk memelihara ikan tanpa memperhitungkan kualitas air, pakan, kepadatan ikan, jenis dan ukuran ikan dan musim.

Pada prinsipnya pembesaran ikan secara tradisional tidak menghitung keuntungan. Ikan yang dipelihara dikolam hanya memanfaatkan makanan yang tersedia di kolam atau pemberian pakan berupa sisa dapur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembesaran ikan secara tradisional di kelola secara tradisional.

b. Pembesaran Ikan secara Semi Intensif

Pembesaran ikan secara semi intensif dilakukan berorientasi pada keuntungan atau meningkatkan pendapatan petani ikan. Pengelolaan kegiatan pembesaran ikan secara semi intensif sudah lebih baik dibandingkan pembesaran ikan secara tradisional. Usaha pembesaran ikan secara semi intensif akan memperhitungkan padat penebaran, kualitas air, pakan, besarnya usaha, tata letak kolam, jenis dan ukuran ikan dan sebagainya.
Kegiatan pembesaran ikan secara semi buatan umumnya menghubungkan antara padat penebaran, ukuran dan jenis ikan, debit air dan pakan ikan. Padat penebaran benih berbeda sesuai dengan jenis dan ukuran ikan atau dengan kata lain padat penebaran selalu dihubungkan dengan sifat, kebiasaan dan biologi ikan. Pada beberapa jenis ikan seperti ikan lele, gurami, sepat, gabus memiliki alat pernapasan tambahan berbentuk labirin atau mutiara yang dapat mengambil oksigen langsung ke udara. Untuk melakukan pernapasan ikan tersebut akan mengeluarkan oksigen sedikit demi sedikit dari alat penapasan tambahannya tersebut. Pemeliharaan ikan jenis ini dapat dipelihara dengan kepadatan yang lebih tinggi. Padat penebaran pembesaran ikan mas berbeda dengan padat penebaran ikan lele atau nila.

Padat penebaran ikan selalu disesuaikan/dihubungkan dengan pakan dan debit air yang masuk kedalam kolam. Pakan ikan pada pembesaran ikan secara semi intensif umumnya mengoptimalkan sumberdaya pakan alami di kolam . Pemberian pakan buatan untuk ikan yang dipelihara hanya merupakan pakan tambahan. Oleh sebab itu padat penebaran ikan yang akan dipelihara diperhitungkan antara daya dukung kolam dan jumlah ikan yang dipelihara.

Daya dukung kolam adalah kemampuan sumberdaya kolam ( pakan alami, kualitas air) untuk memberikan kebutuhan dan meningkatkan pertumbuhan ikan. Untuk meningkatkan daya dukung kolam dilakukan pemupukan dan pengelolaan kualitas air sehingga pakan alami berupa phytoplanton dan zooplanton tersedia dikolam sebagai makanan ikan.

Air yang masuk kedalam kolam merupakan salah satu sumber untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam kolam. Oksigen terlarut tersebut merupakan salah satu unsur kualitas air yang terpenting bagi ikan dan biota air. Salah satu faktor meningkatnya nafsu makan ikan adalah oksigen terlarut ikan. Oksigen terlarut yang baik dikolam adalah 6 – 8 ppm. Untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam kolam perlu di perhatikan debit air. Debit air yang baik untuk pembesaran ikan semi intensif adalah 5 – 7 liter/ menit. Semakin tinggi oksigen terlarut dalam kolam maka ikan yang ditebar makin tinggi. Hubungan padat penebaran, kualitas air dan pakan pada pembesaran ikan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Padat penebaran, Pakan dan Kualitas air pada Pembesaran Ikan

Pembesaran ikan secara semi intensif dapat dilakukan pada perairan umum dan kolam air tenang. Pembesaran ikan secara semi intensif di perairan umum biasa dilakukan pada sungai atau danau menggunakan karamba. Karamba biasanya berbentuk empat persegi panjang yang terbuat dari bambu. Karamba tersebut diletakkan di dalam perairan dan bagian atas karamba diatas permukaan air.

Pembesaran ikan secara semi intensif juga biasa dilakukan pada kolam air tenang yang memiliki debit air relatif rendah. Makanan ikan yang dipelihara pada kolam air tenang berasal dari pakan alami yang terdapat pada kolam tersebut. Untuk melengkapi protein pakan ikan biasanya diberi pakan buatan. Untuk meningkatkan daya dukung kolam perlu dilakukan persiapan kolam.
Persiapan kolam meliputi perbaikan pematang, perbaikan pipa pemasukan dan pengeluaran air dan pengolahan dasar kolam. Pengolahan dasar kolam terdiri dari kegiatan mencangkul dasar kolam, pembuatan kamalir, pemupukan, pengapuran dan mengalirkan air.

Persiapan Pembenihan

1. Pengolahan dasar kolam

Persiapan kolam meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, perbaikan pematang, pemupukan dan pengapuran. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar kolam. Setelah di cangkul tanah dasar kolam diratakan. Setelah dasar kolam rata dibuat kemalir mulai dari pintu pemasukkan air sampai pintu pengeluaran air. Kemalir merupakan saluran di dasar kolam yang berfungsi untuk mempercepat pengeringan kolam, memudahkan pemanenan dan tempat berlindung benih ikan. Kemalir di buat dengan ukuran kedalaman 20 – 30 cm, lebar 50 cm dan panjang sepanjang ukuran kolam. Kolam yang luasnya 500 – 1000 m2, kemalir dibuat di pinggir dan tengah kolam.

Pengolahan dasar kolam bertujuan agar gas-gas beracun yang terdapat di dasar kolam menguap. Gas beracun tersebut berasal dari hasil penguraian bahan organik yang mengendap seperti sisa pakan, kotoran, pupuk dan lain-lain. Gas beracun tersebut dapat mempengaruhi kualitas air dan mengakibatkan kematian ikan.

Pengolahan dasar kolam untuk pembesaran ikan perlu dilakukan karena dasar kolam yang diolah akan meningkatkan kesuburan kolam. Dengan adanya pengolahan dasar kolam struktur tanah diperbaiki dan dengan terbaliknya tanah, tanah akan menjadi lebih gembur, pori-pori tanah terbentuk sehingga udara akan mengisi pori-pori tersebut. Yang lebih penting lagi lapisan kedap air terbentuk sehingga rembesan air tidak terjadi. Pengolahan dilakukan dengan membentuk dasar kolam agak mering ke tengah ke arah kemalir. Cara pengolahan dasar kolam sama dengan pengolahan dasar kolam persiapan pemeliharaan di atas.

Pada saat mengolah dasar kolam perbaikan pematang agar tidak bocor juga dilakukan, perbaikan pintu air masuk dan keluar juga dilakukan agar berfungsi dengan baik.

Gambar 2 . Mengolah Dasar Wadah

2. Perbaikan pematang

Pematang yang rusak sering diakibatkan oleh belut, kepiting, dan lain-lain. Belut dan kepiting sering merusak pematang dengan membuat lubang di dasar pematang. Lubang-lubang tersebut mengakibatkan kolam bocor. Kebocoran kolam mengakibatkan air kolam cepat menyusut juga benih ikan dapat keluar, oleh sebab itu perlu perbaikan pematang kolam. Untuk menanggulangi hama belut dan kepiting dapat menggunakan insektisida. Selain itu Kerusakan atau kebocoran kolam sering diakibatkan adanya bahan organik seperti kayu, rumput-rumputan yang ikut tertimbun, saat bahan organik mengalami pembusukan mengakibatkan kebocoran pematang. Penanggulangan hal tersebut dapat dilakukan dengan membongkar kembali dan membuang bahan organik maupun batu-batuan yang ter-dapat pada pematang tersebut.

3. Pemupukan dan pengapuran

Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan plankton. Plankton yang tumbuh berupa fitoplakton dan zooplankton. Plankton merupakan pakan yang terbaik bagi benih ikan karena memiliki protein yang mudah dicerna. Pemupukan dapat menggunakan kotoran sapi atau ayam. Dosis pemupukan sebanyak 0,3 kg – 0,5 kg/m2. Pemupukan dilakukan setelah dasar kolam diratakan, dengan cara menebar pupuk kandang secara merata ke kolam.

Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH air kolam dan membasmi bibit penyakit. Kapur akan menjadi buffer atau penyangga pH jika terjadi fluktuasi. Dosis kapur digunakan sebanyak 0,2 – 0,4 kg/m2. Kapur disebar merata di dasar kolam.

Air kolam ditinggikan dengan menutup pintu pengeluaran air dan membuka pintu pemasukkan air. Air kolam dinaikkan setinggi 30 – 50 cm. Setelah setinggi tersebut pipa pemasukkan di tutup dan dibiarkan tergenang selama 5 – 7 hari. Hal ini bertujuan agar memberi kesempatan plankton atau pakan alami dapat tumbuh dan berkembang. Jumlah plankton akan mencapai puncaknya pada hari ke 7 – 8.

4. Penebaran benih

Benih ikan yang akan dibesarkan ditebar 7 – 8 hari setelah pengisian air. Diharapkan pada saat penebaran pakan alami sudah tersedia di kolam. Padat penebaran benih ikan nila sebanyak 15 – 25 ekor/m2. Benih ikan sebelum ditebar terlebih dahulu di lakukan aklimatisasi dengan cara wadah yang berisi benih dimasukkan ke dalam air kolam. Jika suhu air wadah penampungan benih lebih rendah dari suhu air kolam maka air kolam dimasukkan sedikit demi sedikit ke wadah penampungan sampai suhu kedua air tersebut sama. Selanjutnya benih ditebar dengan cara memiringkan wadah penampungan benih sehingga benih dapat keluar dengan sendirinya berenang ke kolam. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah.

5. Pemeliharaan ikan

Sebelum benih ikan mas dilepaskan untuk dibesarkan, terlebih dahulu benih ikan diseleksi keseragaman ukuran dan kesehatannnya. Benih ikan setidaknya berukuran seragam yaitu 5 – 8 cm dan sehat tidak ada penyakit serta tidak cacat fisik. Benih ikan terpilih diangkut dengan cara tertutup yaitu dengan menggunakan kantong plastik, apabila jarak agak jauh.

Selama pemeliharaan benih ikan selain mendapatkan makanan alami di kolam juga diberi pakan tambahan berupa pelet. Pakan tambahan tersebut ditebar di sepanjang kolam. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 – 3 kali perhari. Kandungan protein pakan benih ikan sebesar  20 %. Jumlah pakan yang diberikan 3 % dari biomasa.

Kualitas air sangat penting diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan. Suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan nila adalah 28 – 30 C. Sedangkan oksigen terlarut sebesar 6 – 8 ppm. Pertumbuhan ikan mulai terganggu pada suhu  18 C dan  30 C.

Pada suhu optimum, pertumbuhan ikan normal. Suhu air sangat berpengaruh pada laju metabolisme ikan. Perubahan temperatur yang terlalu drastis dapat menimbulkan gangguan fisiologis ikan yang dapat menyebabkan ikan stress.
6. Memantau pertumbuhan benih ikan

Jumlah ikan didalam suatu kolam itu, apabila dihitung semua maka jumlah populasinya diketahui. Tetapi apabila kolamnya luas atau populasinya banyak maka untuk mengetahui populasi ikan tersebut hendaknya menggunakan metoda sampling.
Untuk mengambil sample ikan hendaknya ditentukan terlebih dahulu titik pengambilan sample. Sebaiknya tentukan titik yang diperkirakan bisa mewakili populasi, dengan secara acak. Sample diambil dengan cara dan alat yang sama. Kemudian lakukan perhitungan jumlah populasi. Cara menghitung populasi adalah:
• menghitung jumlah rataan ikan sample yang tertangkap (x)
• membagi luas kolam dengan luas alat (y)
• mengkalikan x dan y itulah jumlah populasi ikan.

 Mengukur pertumbuhan benih

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar ikan. Termasuk faktor dalam ikan adalah faktor genetik, kesehatan serta keseragaman ukuran ikan tersebut. Sedangkan faktor luar meliputi kondisi kualitas air, serangan hama dan penyakit serta kondisi pakan ikan.

Kecepatan pertumbuhan ikan ditentukan oleh gen. Gen tersebut merupakan sifat warisan dari induknya yang dibawa melalui telur. Gen merupakan bagian kecil dari kromosom merupakan penyimpan sifat-sifat individu tersebut.

Gambar 3. Menimbang Ikan

Jika ikan memiliki sifat tahan terhadap serangan hama penyakit (sehat), pertumbuhannya cepat, maka induknyapun dan bahkan kelak keturunannya pun akan memiliki sifat yang demikian. Sehingga untuk mendapatkan ikan dengan pertumbuhan cepat maka perlu ditelusuri sifat induknya.

 Kesehatan benih ikan

Kesehatan benih ikan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Karena jika ikan sakit maka tahap pertama energi yang dipengaruhi oleh ikan tersebut akan digunakan sebagai penganti sel-sel yang rusak, serta anti toksin/kekebalan tubuhnya akan melawan penyakit yang ada. Dari persoalan ini jelas bahwa yang seharusnya energi dipergunakan sebagai pertumbuhan malah dipergunakan untuk penyembuhan, atau melawan penyakit sehingga otomatis pertumbuhannya terganggu, atau malah tidak sembuh. Jika penyakitnya ternyata kondisinya lebih kuat maka ikan tersebut tidak sembuh hingga mati.

 Keseragaman ukuran benih ikan
Keseragaman ukuran benih ikan secara keseluruhan jelas akan mempengaruhi produksi total. Bagaimana tidak, jika benih satu sama lain tidak sama ukurannya sudah barang tentu benih yang kecil pertumbuhannya akan lebih lambat untuk periode tertentu atau malah terus hingga panen. Banyak terjadi benih yang ukurannya lebih kecil pada periode setarter tetap lebih kecil ukurannya tetapi setelah melewati periode grower pertumbuhannya menjadi seimbang. Hal ini disebabkan bahwa laju pertumbuhan ikan dari waktu ke waktu atau periode ke periode berbeda. Ada tiga periode pertumbuhan yaitu starter, grower dan finisher.

7. Faktor air

Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi. Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan kekeruhan. Faktor kimia meliputi kelarutan oksigen, CO2, NH3 – N dan pH. Sedangkan faktor biologi adalah kandungan plankton dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor kimia air akan berubah, serta apabila suhu naik maka segala proses dipercepat hingga pada batas tertentu. Termasuk metabolisme dipercepat. Sudah menjadi gejala alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas cahaya matahari tinggi, suhu air meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun cepat. Hal itu terjadi kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan oksigen sehingga pertumbuhan ikan terhambat.

Kondisi kualitas air akan selalu direspon oleh ikan. Apabila kondisi kualitas airnya optimal untuk kehidupan ikan tersebut maka sudah barang tentu pertumbuhannya juga optimal. Apabila air tingkat kekeruhannya tinggi maka supsensi tersebut akan menempel pada lamela insang sehingga akan mengganggu pernafasan. Apabila pH air rendah maka lendir ikan akan menggumpal. Begitu contoh persoalan kondisi kualitas air yang akan langsung mempengaruhi pertumbuhan.

8. Serangan hama dan penyakit

Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media memungkinkan, biasanya lingkungan tidak menguntungkan bagi ikan. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Ikan tidak tumbuh. Jika serangan hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan maka ikan akan mati. Untuk menghindari kematian ikan usahakan kualitas air tetap baik.

Pencegahan hama dan penyakit pada kegiatan pemeliharaan sangat perlu dilakukan. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan pengeringan dan pengapuran dasar kolam serta pergantian air kolam, membuat saringan air sebelum air masuk ke kolam. Hama yang sering menyerang benih ikan nila adalah belut, ular, burung, ikan gabus dan ikan lele. Penyakit yang menyerang terutama penyakit parasitik seperti Ichthyophthirius multifilis yang mengakibatkan bintik putih dipermukaan tubuh ikan dan mengakibatkan kematian masal. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan menambahkan garam dapur di kolam media pemeliharaan sebanyak 200 gr/m3.

9 . Kondisi pakan ikan

Pada perairan umum secara liar atau dipelihara secara tradisional tidak begitu masalah pemberian pakannya.Tetapi pada pemeliharaan sisitem instensif pemberian pakan mesti instensif yaitu jumlah dan pemberian pakannya harus teratur. Apabila jumlah pakan yang diberikan kurang maka energi yang dibutuhkan tdak terpenuhi sehingga perutumbuhannya terhambat. Begitu juga kandungan proteinnya apabila kiurang dari 20% maka pertumbuhannyapun akan terhambat. Kondisi protein ini bisa diakibatkan karena rusak oleh jamur sehingga kandungan protein menurun.

Jumlah pakan yang dimakan ikanpun kadang-kadang kurang akibat cara pemberian pakan kurang baik, bisa karena frekuensi pemberian pakannya berkurang atau pembagian pakan per frekuensinya tidak imbang.

10. Mengukur pertumbuhan ikan

Berhubungan dengan pengukuran pertumbuhan ikan, terdapat dua parameter yaitu laju pertumbuhan ikan harian dan perutmbuhan mutlak ikan Laju pertumbuhan harian adalah kecepatan pertumbuhan ikan perhari. Sedangkan pertumbuhan mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu tertentu.
Rumus laju perutumbuhan harian adalah:
Wx=Wo (1+0.01 a)t
Keterangan:
Wx = Rata-rata bobot akhir ikan (mg)
Wo = Rata-rata bobot awal ikan (mg)
a = Laju pertumbuhan harian (%)
t = Lama pemeliharaan (hari)

Rumus laju pertumbuhan mutlak adalah:
W=Wt2 – Wt1
Keterangan :
W = Pertumbuhan pada periode waktu tertentu
Wt2 = Bobot rata-rata pada hari akhir
Wt1 = Bobot rata-rata hari awal

Kelangsungan Hidup Ikan

Ikan akan tumbuh apabila hidup. Jadi persyaratan untuk hidup ikan mesti terpenuhi, diantaranya adalah lingkungan media yang cocok bagi spesies ikan tersebut. Masing-masing spesies ikan menghendaki lingkungan media yang berbeda. Tetapi apa mau dikata jika kita memelihara ikan dalam jumlah yang besar kemungkinan ikan mati pasti ada. Kematian ikan tersebut biasanya diakibatkan oleh saingan antar ikan itu sendiri, karena lingkungan media tidak cocok, atau bahkan serangan hama penyakit. Kematian ikan akibat saingan antar ikan itu sendiri terjadi apabila jumlah pakan yang diberikan kurang. Demikian terjadi terus menerus, hingga ikan yang kecil tersebut mati. Kejadian lain apabila kondisi ikan lapar maka kecenderungan ikan akan saling menyerang, hal ini juga berakibat menambah potensi menaikkan angka kematian.

Ikan hidup membutuhkan kondisi kualitas air tertentu sehingga apabila salah satu dari parameter kualitas air tersebut tidak sesuai hingga diluar batas toleransinya maka ikan tersebut akan mati. Ikan mampu merespon perubahan suhu tidak lebih dari 5 oc, hal ini juga dilakukan bertahap, tidak bisa drastis. pH 11 dan 4 juga merupakan titik kematian ikan. Begitu juga serangan hama penyakit adalah masalah. Dari hari ke hari kematian ini semakin banyak, hingga populasi ikan akan habis apabila tanpa perlakuan yang baik. Mengetahui angka kematian ikan merupakan awal untuk mengetahui angka kelangsungan hidup ikan. Bagaimana caranya menghitung angka kelangsungan hidup ikan, lihat rumus di bawah ini:
SR = Nt X 100%
No
Keterangan
SR = Angka kelangsungan hidup
Nt = Jumlah ikan pada hari ke t (saat ini)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan

11. Memberi pakan ikan

Pakan buatan berupa pellet sangat perlu ditambahkan karena pakan alami tidak cukup untuk memenuhi standar kehidupannya. Ikan akan tumbuh apabila mempunyai energi sisa setelah energi tersebut dipergunakan untuk pemeliharaan tubuh, gerak dan reproduksi setelah dewasa.

Gambar 4 Memberi Pakan Ikan

Jumlah pakan yangh diberikan 3-5% dari bobot tubuhnya, untuk itu diperlukan sampling pertumbuhan ikan. Hal ini dimaksudkan untuk mencari bobot pakan yang akan diberikan secara ideal. Kadar protein pakan yang baik adalah 25 – 30 %.
Frekuensi pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi siang dan sore hari dengan pembagian proporsi jumlah pakan yang sama. Cara pemberian pakannya harus hati-hati dan sabar, jangan sampai pakan tidak dimakan oleh ikan. Jika pakan ikan tidak dimakan oleh ikan maka jelas akan menjadi kotoran perairan tersebut. Kotoran tersebut lama-kelamaan akan menyebabkan pencemaran sehingga akan meracuni organisme yang ada didalam perairan tersebut.

12. Konversi pakan

Prinsip berusaha adalah untuk mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya dengan menekan biaya yang serendah-rendahnya atau melakukan efisiensi pengelolaan. Dalam kasus pemeliharaan ikan adalah bagaimana caranya agar angka kelangsungan hidup tinggi, pertumbuhan ikan cepat, jumlah pakan yang diberikan serendah-rendahnya. Untuk mengetahui efisiensi usaha pembesaran ikan tersebut salah satunya dilakukan penghitungan konversi pakan.

Konversi pakan adalah seberapa banyak ikan mampu merubah pakan menjadi daging ikan (dalam 1 kg daging). Rumus yang sering digunakan adalah:
 Pt
KP =
 DGt
Keterangan
KP = Konversi pakan
 Pt = Jumlah pakan yang diberikan hingga saat ini (t)
 DGt = Jumlah bobot ikan saat ini (t)

Konversi pakan tersebut sebagai evaluasi sampai sejauh mana efisiensi usaha pembesaran ikan tersebut. Kadang pakan ikan habis banyak tetapi bobot ikan rendah atau ikan tidak tumbuh. Kesalahannya dimana, bisa jadi cara pemberian pakannya tidak benar, atau kandungan nutrisi pakan tidak baik. Hal tersebut bisa terdeteksi. Konversi pakan yang baik bagi ikan mas adalah 1.8 – 2. Yang berarti setiap 1.8 kg pakan akan menghasilkan 1 kg daging.

13. Memanen Ikan

Setelah ikan mas berumur 2.5 -3 bulan dalam pemeliharaan pembesaran biasanya ikan telah berbobot 250 gram hingga 300 gram. Ikan berukuran tersebut telah siap untuk dipanen dan dijual sebagai ikan konsumsi. Sebelum ikan mas dipanen terlebih dahulu ikan dipuasakan barang satu hari. Maksudnya agar nantinya pada saat pengangkutan ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran. Dengan demikian pada saat pengangkutan ikan tidak saling mengganggu. Karena ikan dibutuhkan hidup hingga sampai ke tempat tujuan.

Gambar 5. Memanen Ikan
Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari, dengan cara pengurangan air kolam hingga air tersisa macak-macak. Kini ikan mas telah berkumpul pada kobakan dan kemalir untuk ditangkap. Penangkapan ikan mas dilakukan dengan menggunakan waring, serok atau seser. Ikan yang telah ditangkap dimasukkan ke dalam kolam penampungan sementara. Usahakan ikan tidak luka, dan jagalah ikan tetap sehat. Langkah berikutnya adalah pengepakan ikan untuk diangkut ke pasar.

c. Pembesaran Ikan Secara Intensif

Pengelolaan pembesaran ikan secara intensif berorientasi pada keuntungan Pengelolaan kegiatan pembesaran ikan secara intensif mengoptimalkan sumberdaya khususnya teknologi untuk meningkatkan produksi. Usaha pembesaran ikan secara intensif akan memperhitungkan padat penebaran, kualitas air, pakan, besarnya usaha, tata letak kolam, jenis dan ukuran ikan dan sebagainya.

Pembesaran ikan secara intensif dicirikan dengan padat penebaran yang tinggi, teknik pemberian pakan dan manajemen yang baik. Pada pembesaran ikan secara intensif faktor-faktor pembatas sudah di minimalkan seefisien mungkin menggunakan teknologi contoh oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan disuplai menggunakan kincir atau debit air yang tinggi atau pakan ikan sepenuhnya berasal dari pakan buatan. Pembesaran ikan secara intensif yang umum dilakukan masyarakan adalah kolam air deras, pembesaran ikan di tambak, pembesaran ikan di jaring terapung dan sebagainya.

Pada prinsipnya memelihara ikan adalah menyediakan oksigen terlarut dan pakan ikan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pertumbuhan. Berdasarkan prinsip tersebut maka bentuk wadah dan teknologi pembesaran ikan dapat dilakukan bermacam-macam. Teknologi pembesaran ikan umumnya dilakukan pada pembesaran ikan secara intensif. Pembesaran ikan secara intensif biasa dilakuan dengan teknik resirkulasi, kolam air deras, kolam jaring terapung dan sebagainya.

1. Pembesaran ikan secara resirkulasi

Pembesaran ikan dengan teknik resirkulasi dilakukan dengan pengelolaan yang intensif. Pembesaran dengan teknik ini pengelolaan kualitas air dan pemberian pakan harus diperhatikan dengan teliti. Kesalahan pengelolaan pada satu unit kolam akan berpengaruh pada unit kolam lainnya. Jumlah pakan yang diberikan pada pembesaran ikan sistem resirkulasi harus dihitung secara teliti agar sisa pakan tidak mempengaruhi kualitas air kolam lainnya.

Pembesaran ikan secara resirkulasi sangat baik pada daerah yang memiliki musim kemarau yang panjang. Jumlah air yang dibutuhkan pada pembesaran ikan dengn sisten resirkulasi relatif sedikit. Berikut ini gambar sistem resirkulasi.

Pembesaran ikan sistem resirkulasi, air di daur ulang dengan melewati beberapa filter (saringan). Filter yang digunakan adalah saringan biologi, mekanik dan kimia. Saringan biologi adalah dengan memanfaatkan bakteri untuk mengurai dan mengubah bahan organik dan amoniak menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi ikan. Saringan mekanik dapat terbuat dari kerikil, pasir, ijuk dansebagainya untuk menyaring partikel kasar berupa sisa makanan dan kotoran ikan. Saringan kimia dapat dilakukan dengan memasang aerasi kedalam air sehingga bahan racun dapat teroksidasi dan tidak berbahaya bagi ikan.

Pada sistem resirkulasi, air berasal dari reservoar dan masuk ke wadah pembesaran ikan. Pada wadah pembesaran ikan akan terdapat kotoran yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan. Sisa pakan dan kotoran tersebut akan terbawa air keluar wadah dan masuk ke pipa pengeluaran air. Air dan kotoran melalui pipa pengeluaran akan masuk ke bak pengendapan dan selanjutnya masuk ke saringan mekanik, biologi dan kimia. Selanjutnya air yang sudah bersih di pompa ke reservoar dan dialirkan kembali ke wadah pembesaran ikan
.
2. Pembesaran ikan di kolam air deras

Pembesaran ikan di kolam air deras memiliki padat penebaran yang cukup tinggi. Pembesaran ikan dikolam air deras dilakukan dengan memanfaatkan debit air yang besar sehingga ikan yang dipelihara mendapatkan oksigen yang cukup tinggi. Pada pembesaran ikan di kolam air deras plankton tidak tumbuh sehingga makanan ikan berasal dari pakan yang diberikan (pakan buatan). Parameter kualitas air seperti CO2, NH3, NH4 , Sulfur, Posfat dan sebagainya yang merupakan dampak dari sedimentasi bahan organik tidak terjadi dikolam air deras karena sisa pakan, kotoran ikan dan bahan organik lainnya terbawa air ke luar kolam

Pembesaran ikan di kolam air deras memiliki beberapa keuntungan seperti produksi lebih tinggi dan pertumbuhan ikan lebih cepat. Sebaliknya terdapat keterbatasan pembesaran ikan dikolam air deras yaitu investasi kolam yang tinggi dan harus memiliki debit air yang tinggi sepanjang tahun. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembesaran ikan di kolam air deras adalah faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor teknis.

Gambar 7. Kolam Air Deras

3. Membesarkan ikan di jaring terapung

Pembesaran ikan di jaring terapung merupakan salah satu contoh kegiatan pembesaran ikan pemanfaatan perairan umum.

a) Mempersiapkan kolam jaring apung

Sebelum melaksanakan penebaran benih ikan, yang pertama kali harus diperiksa adalah ukuran mata jaring dan keutuhan jaring. Bila ukuran benih ikan mas 1 kg = 80 – 100 ekor ( 5-8 cm ) maka mata jaring yang dipergunakan adalah 1 inci. Pastikan KJA berada pada posisi aman dan menguntungkan, seperti keterangan lokasi penempatan KJA di atas.

Gambar 8. Cara Membuat Jaring Terapung
a) Penebaran benih

Padat penebaran untuk net kolam ukuran 7x7x3 m dibutuhkan benih ikan mas 125 kg ukuran 5-8 cm. Penebaran benih dilakukan pada malam hari. Pelepasan benih ikan dengan menggunakan metoda aklimatisasi yaitu dengan cara membiarkan kantong plastik benih membuka sedikit. Aklimatisasi dimaksudkan untuk mengadaptasikan benih kedalam tempat yang baru, karena ikan mempunyai keterbatasan kecepatan adaptasi maka benih dibantu agar lebih cepat hingga benih lepas semua.

b) Pemberian pakan

Dikarenakan kepadatan populasi ikan dalam net kolam tinggi maka sudah barang tentu ketersediaan pakan alami tidak memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Oleh karena itu perlu diberi pakan tambahan yang berupa pellet dengan gizi tinggi yaitu dengan kandungan protein > 20 %.

Gambar 9. Memberi Pakan Ikan

Jumlah pellet yang diberikan 3-5 % kali bobot total ikan dalam net kolam, diberikan hingga 5 kali dalam satu hari. Pemberian pakan tergantung dengan kondisi ikan atau kondisi lingkungan , jika cuaca cerah, suhu tinggi maka ikan cepat lapar, sehingga ikan perlu diberi pakan.

c) Menaksir bobot total ikan

Untuk menaksir bobot total ikan maka yang dilakukan adalah mengambil ikan contoh. Pengambilan ikan contoh dilakukan satu minggu satu kali, dengan cara menangkap 30 ekor ikan secara acak kemudian ikan tersebut ditimbang. Ikan contoh tersebut dihitung bobot rata-ratanya. Bobot ikan total dihitung dengan menggunakan pendekatan jumlah populasi awal dikurangi jumlah ikan yang mati dikalikan bobot rata-rata ikan contoh.

Setelah taksiran bobot total ikan terhitung, maka bobot pakan yang akan diberikan dapat dihitung, tetapi kejadiannya akan lain apabila cuaca panas, yang mengakibatkan pemberian pakan meningkat dan menyimpang dari pendekatan, untuk mengetahui hal ini perlu dihitung konversi dan efisiensi pakan, apabila konversi pakan 1,8 – 2 maka target terpenuhi. Akan lebih baik apabila sebelum akhir periode pembesaran, ukuran ikan telah tercapai sehingga dapat dilakukan pemanenan lebih awal yang berarti menghemat pakan dan waktu.
d) Pemanenan

Setelah benih ikan mas dipelihara selama 2,5 – 3 bulan, maka ukuran ikan menjadi 1 kg = 3-5 ekor. Berdasarkan permintaan pasar biasanya ikan mas ukuran ini yang banyak diminati oleh konsumen pada umumnya. Pemanenan dilaksanakan secara serentak, sebelum ikan dipanen ikan dalam net kolam dipuaskan terlebih dahulu selama satu hari, hal ini maksudnya agar nanti dalam pengangkutan ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran.

Cara pemanenan ikan, alat yang digunakan adalah tambang atau bambu. Selipkan tambang atau bambu tersebut di bawah net kolam yang akan dipanen. Kemudian bambu atau tambang tersebut digerakkan mengarah ketepi. Akhirnya ikan akan terkumpul di tepi net. Setelah ikan berkumpul, maka ikan ditangkap secara hati-hati, usahakan ikan jangan sampai terluka, jika ikan terluka maka biasanya ikan tidak tahan diangkut dalam waktu yang relative lama. Cara memanen ikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Target panen yang biasa diharapkan adalah apabila :
Jumlah pakan atau apabila konversi pakan pakan 1,8-2. apabila perhitungan ini terpenuhi maka keuntungan akan diraih.

Gambar 10. Cara Pemanenan Ikan

e) Mengangkut ikan mas

Ikan mas dijual dalam keadaan hidup, agar dagingnya tetap segar dan enak, oleh karena itu ikan perlu diangkut dalam keadaan hidup, dengan cara ikan mas dimasukkan dalam kantong plastik ( dikepak ).

Cara mengepak ikan mas ke dalam kantong plastic ukuran panjang 1,5 m dan lebar 1m. Kantong plastik tersebut diikat tengahnya hingga menjadi dua bagian dengan panjang yang sama, kemudian ujung yang satu ditarik keujung yang lainnya hingga terjadi kantong plastik dengan tebal dua lapis plastic. Langkah berikutnya kantong plastik diisi dengan air setempat sebanyak 1/3 bagian, berikutnya 10 kg ikan mas yang akan diangkut dimasukkan dan 2/3 bagian kantong plastik tersebut diisi dengan oksigen. Kemudian ikatlah kepakan kantong plastik tersebut hingga rapat, Ikan mas dalam kantong plastic seperti ini tahan diangkut hingga 6 -8 jam, pada malam hari. Jika waktu tempuh lebih lama, maka bobot ikan dalam kantong plastic dikurangi hingga 5 kg dan ditambah butiran es sebesar dua jari, hal ini membuat ikan hidup bertahan hingga 10 – 12 jam.

Gambar 11. Proses Mengepak Ikan

4. Jaring Tancap

Jaring tancap juga merupakan salah satu cara untuk membesarkan ikan. Pemasangan jaring tancap umumnya dilakukan di perairan umum. Jaring tancap tersebut dapat dipasang pada daerah yang mempunyai sungai lebar atau danau pada bagian yang agak dangkal. Kualitas air cukup stabil karena akan dipertanggungjawabkan oleh seluruh sungai atau danau tersebut.

Gambar 12. Pemasangan Jaring Tancap di Perairan Umum

d. Ekosistem Perairan

Ekosistem perairan merupakan lingkungan hidup perairan yang terdiri dan dipengaruhi oleh sistem yang ada diperairan tersebut. Ekosistem perairan menekankan hubungan organisme dalam lingkungan pada habitat kolam. Lingkungan kolam meliputi iklim, bahan organik, sinar matahari, kedalaman perairan, organisme dan sebagainya. Hal terpenting yang mempengaruhi dan menjadi pembatas dalam ekosistem perairan adalah suhu, kecerahan, oksigen terlarut, karbondioksida dan sebagainya

Air memiliki beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga perbedaaan suhu sampai tingkat minimal, hal ini menyebabkan perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan suhu yang lebih lambat dari pada udara.

Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi yang akan mempengaruhi kehidupan akuatik. Pada beberapa ekosistem perairan suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan organisme perairan seperti ikan, bakteri, phytoplanton, zooplanton dan sebagainya. Hal ini disebabkan setiap organisme perairan memiliki toleransi optimum yang berbeda dalam pertumbuhannya.

Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan yang disebabkan lumpur dan partikel yang dapat mengendap seringkali menjadi penyebab faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktifitas.

Konsentrasi oksigen terlarut (O2 ) dan karbon dioksida (CO2 ) seringkali menjadi faktor pembatas pada lingkungan air tawar. Pada kegiatan budidaya ikan yang lebih modern, konsentrasi O2 terlarut dan kebutuhan oksigen biologis ikan seringkali diukur dan dipelajari.
Kesuburan suatu kolam sangat erat kaitannya dengan faktor faktor diatas. Keberadaan organisme, bahan organik (pupuk ), debit air, merupakan hal yang penting untuk mendukung keberadaan pakan alami.

Optimalisasi sumberdaya kolam merupakan salah satu tujuan pembesaran ikan secara semi intensif. Sumberdaya kolam terdiri dari phytoplanton dan zooplanton yang tersedia merupakan dampak dari pengelolaan kolam khususnya pemupukan. Untuk mengoptimalkan sumberdaya kolam tersebut perlu diketahui cara dan kebiasaan makan ikan. Hal ini bertujuan agar phytoplanton dan zooplanton dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Ikan lele, patin merupakan pemakan daging (karnivora), gurami, nila dan sepat merupakan pemakan tumbuh tumbuhan ( Herbivora) sedangkan ikan mas adalah pemakan segala galanya (omnivora). Untuk memanfaatkan phytoplanton dan zooplanton yang tersedia di kolam perlu di pelihara ikan secara polykultur. Selain jenis makanan, beberapa jenis ikan memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Ikan mas umumnya makan di dasar perairan sedangkan ikan nila dan nilem umumnya makan di bagian tengah atau permukaan kolam. Untuk memanfaatkan phytoplanton dan zooplanton yang terdapat di dasar dan pemukaan kolam perlu di pelihara ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar, bagian tengah dan permukaan kolam.

Pemeliharaan ikan secara polykultur memiliki beberapa persyaratan yaitu ikan yang dipelihara tidak saling kompetisi terutama dalam hal makanan dan ikan yang tidak bersifat kanibal.

2. TUGAS-1

Untuk memahami sistem pengelolaan pembesaran ikan( tradisional, semi intensif dan intensif), coba anda lakukan tugas –tugas dibawah ini dengan baik

a. Amati kolam pembesaran ikan secara tradisional yang meliputi :
1. Lokasi kolam
2. Jumlah dan jenis phytoplanton dan zooplanton yang ada dikolam
3. Padat penebaran benih ikan
4. Debit air kolam

b. Amati kolam pembesaran ikan secara semi buatan yang meliputi :
1. Lokasi kolam
2. Jumlah dan jenis phytoplanton dan zooplanton yang ada dikolam
3. Padat penebaran benih ikan
4. Debit air kolam

c. Amati kolam pembesaran ikan secara intensif yang meliputi :
1. Lokasi kolam
2. Jumlah dan jenis phytoplanton dan zooplanton yang ada dikolam
3. Padat penebaran benih ikan
3. Debit air kolam

d. Bandingkan pengelolaan ketiga metode pengelolaan ikan diatas (tradisional, semi buatan dan intensif ) berdasarkan :
1. Lokasi kolam
2. Jumlah dan jenis phytoplanton dan zooplanton yang ada dikolam
3. Padat penebaran benih ikan
4. Debit air kolam

3. TES FORMATIF-1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dibawah ini dengan cara melingkar pada jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Padat penebaran benih ikan pada kegiatan pembesaran ikan secara intensif relatif tinggi. Penyebab tingginya padat penebaran tersebut adalah :
a. Pemberian pakan yang banyak
b. Luas kolam
c. Ukuran ikan lebih kecil
d. Oksigen terlarut yang tinggi

2. Padat penebaran benih ikan pada kegiatan pembesaran ikan secara tradisional relatif rendah. Penyebab rendahnya padat penebaran tersebut adalah :
a. Pemberian pakan yang rendah
b. Luas kolam
c. Ukuran ikan lebih kecil
d. Oksigen terlarut yang rendah

3. Pemupukan kolam bertujuan untuk :
a. Memperbaiki kualitas air
b. Memberi pakan ikan
c. Menumbuhkan pakan alami
d. Meningkatkan pH air

4. Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk :
a. Memperbaiki pematang kolam
b. Mengoksidasi gas beracun di dasar kolam
c. Meningkatkan pH air kolam
d. Memberi pakan ikan
5. Tingginya padat penebaran benih ikan pada pembesaran ikan secara tradisional dan semi intensif sangat tergantung pada :
a. Daya dukung kolam
b. Pakan ikan
c. Phytoplanton dan zooplanton
d. Kualitas air

6. Sampling ikan bertujuan untuk :
a. untuk mengetahui jumlah pakan
b. untuk mengetahui jumlah dan ukuran ikan
c. untuk mengetahui padat penebaran ikan
d. untuk mengetahui penyebaran ikan dikolam

7. Salah satu sumber oksigen terlarut dalam air kolam adalah :
a. hasil penguraian bahan organik
b. aerasi
c. air masuk ke kolam
d. pakan ikan

8. Salah satu contoh pembesaran ikan secara intensif di perairan umum adalah
a. pembesaran ikan di kolam air deras
b. pembesaran ikan di kolam air tenang
c. pembesaran ikan sistem resirkulasi
d. pembesaran ikan di jaring terapung

9. Tingginya padat penebaran benih ikan pada pembesaran ikan di kolam air deras disebabkan :
a. Daya dukung kolam
b. Pakan ikan
c. Phytoplanton dan zooplanton
d. Kualitas air
10. Pembesaran ikan secara polikultur di kolam bertujuan untuk :
a. menghasilkan ikan lebih banyak
b. menghasilkan jenis ikan lebih banyak
c. memanfaatkan sumberdaya di kolam
d. memanfaatkan sifat ikan

IV. Kunci Jawaban Tes Formatif 1

No Jawaban No Jawaban
1 d 6 B
2 d 7 c
3 c 8 d
4 b 9 d
5 a 10 c

B. LEMBAR INFORMASI- 2

1. LEMBAR INFORMASI-2: PERENCANAAN PEMBESARAN IKAN

Perencanaan pembesaran ikan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan agar usaha yang akan dilakukan berjalan dengan baik. Perencanaan yang akan dilakukan meliputi kebutuhan dan skala usaha pembesaran ikan, operasional usaha, pemasaran produk, dan sebagainya. Selain itu pada perencanaan pembesaran ikan perlu diperhatikan kemungkinan kendala atau hambatan yang mungkin muncul selama menjalankan usaha.

a. Perencanaan Kebutuhan dan Skala Usaha Pembesaran Ikan

Perencanaan skala usaha pembesaran ikan perlu dilakukan agar usaha yang lebih efisien. Skala usaha pembesaran ikan meliputi benih ikan, pakan ikan, waring, seser, transportasi, obat-obatan, tenaga kerja dan lain lain. Kebutuhan usaha pembesaran ikan tersebut direncanakan kapan diadakan, bagaimana cara pengadaannya, bagaimana kuantitas, kualitas dan kontiniutas yang tersedia.

1) Kolam ikan

Luas kolam yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan harus direncanakan baik desain, konstruksi maupun tata letaknya. Desain kolam harus disesuaikan dengan luas dan bentuk lokasi yang akan dibangun sebagai area perkolaman. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam usaha pembesaran ikan yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek teknis.

a. Aspek sosial
Aspek sosial yang harus diperhatikan adalah keberadaan masyarakat disekitar kegiatan pembesaran ikan dikolam air deras khususnya masyarakat yang terkena dampak. Apakah penggunaan debit air yang cukup tinggi pada kolam air deras akan berdampak terhadap kegiatan pertanian didaerah itu atau kegiatan industri yang membuang limbah ke sungai akan berdampak terhadap kualitas air yang akan digunakan untuk kolam air deras. Selain itu komoditas yang akan dipelihara akan sesuai dengan kebudayaan masyrakat setempat.

Pendidikan salah satu aspek sosial yang perlu diperhatikan disekitar lokasi. Tenaga kerja yang akan direkrut pada usaha pembesaran ikan sebaiknya memiliki keterampilan pada bidang perikanan. Selain itu keamanan lokasi kegiatan pembesaran ikan air deras perlu diperhatikan untuk kelangsungan usaha.

b. Aspek ekonomi
Aspek ekonomi yang perlu diperhatikan adalah pasar . Pasar tersebut meliputi pemasaran produk, pengadaan kebutuhan dan tenaga kerja. Lokasi yang akan di bangun kolam air deras sebaiknya terdapat pasar jual beli ikan, dan terdapat penjualan kebutuhan usaha.

c. Aspek teknis
Aspek teknis yang perlu diperhatikan pada kegiata pembesaran ikan dikolam air deras adalah desain dan konstruksi kolam air deras, kualitas air, teknik pemeliharaan ikan dan sebagainya. Desain kolam air deras harus disesuaikan dengan lokasi, lay out dan sumber air. Kolam air deras didesain agar lebih efisien dalam pengoperasiannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah desain pintu pemasukan dan pengeluaran air serta kemiringan kolam. Kualitas air yang perlu diperhatikan adalah debit air, oksigen terlarut, amonium, sulffur, fosfat dan bahan kimia lainnya.

2) Benih ikan

Kebutuhan benih ikan pada usaha pembesaran ikan merupakan hal yang sangat penting. Sebelum dilakukan kegiatan pembesaran ikan harus dilakukan perencanaan benih ikan. Benih ikan yang akan dipelihara dapat dibeli dari hasil pembenihan ikan masyarakat atau benih ikan yang akan dipelihara berasal dari hasil pembenihan sendiri. Jika benih ikan dibeli dari masyarakat harus diketahui kuantitas, kualitas dan kontiniutas serta harga yang dapat dihasilkan masyarakat. Sebaliknya jika benih ikan yang akan dihasilkan sendiri maka perlu dilakukan perencanaan kebutuhan benih ikan termasuk jumlah induk, hatchery, kolam benih, pakan benih dan sebagainya.

3) Pakan Ikan

Perencanaan kebutuhan pakan ikan perlu dilakukan dalam pembesaran ikan. Pakan yang perlu direncanakan meliputi jenis pakan, jumlah pakan yang dibutuhkan, pengadaan pakan, gudang pakan dan sebagainya. Merencanakan kebutuhan pakan dapat dimulai dari jumlah dan frekuensi pemberian pakan pakan dan jumlah ikan yang dipelihara, misalnya jumlah ikan yang dipelihara sebanyak 100 kg, akan diberi pakan sebanyak 3% perhari maka jumlah pakan yang akan diberikan sebanyak 3 kg atau sebulan 90 kg.

4) Sarana Produksi Ikan
Sarana produksi pembesaran ikan perlu direncanakan dengan baik. Sarana produksi ikan yang perlu direncanakan meliputi waring, seser, jaring dan sebagainya. Jumlah dan ukuran jaring serta seser perlu di hitung dan direncanakan sesuai dengan skala usaha.

b . Perencanaan Operasional Pembesaran Ikan

Operasional kegiatan pembesaran ikan merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha pembesaran ikan. Pada prinsipnya saat perencanaan harus menghitung jumlah pengeluaran operasional dan pendapatan kegiatan pembesran ikan. Pengeluaran kegiatan meliputi Biaya pakan, benih ikan, biaya sewa/penyusutan fasilitas, tenaga kerja, transportasi, packing, biaya sosial dan sebagainya. Pendapatan dari kegiatan pembesaran ikan berasal dari hasil penjualan ikan. Oleh sebab itu harus dihitung berapa jumlah produksi per periode agar mendapat keuntungan dari hasil penjualan produksi ikan.
Perencanaan operasional usaha pembesaran ikan meliputi jumlah kolam, tenaga kerja, pemberian pakan, produksi ikan, waktu panen, penebaran benih ikan, pengolahan kolam dan sebagainya. Jumlah kolam yang akan diusahakan berhubungan dengan produksi ikan setiap periode (bulan/minggu/hari). Perencanaan produksi ikan yang perlu diperhatikan adalah ukuran ikan dan periode pemanenan.

Untuk mengelola pembesaran ikan harus perhitungkan tenaga kerja yang akan direkrut. Spesifikasi tenaga kerja harus ditetapkan terlebuh dahulu seperti pendidikan, spesialsisasi, pria/ wanita, kesehatan dan sebagainya. Spesifikasi tenaga kerja harus mengacu pada jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Jumlah tenaga kerja yang akan direkrut harus seefisien mungkin. Selain itu, gaji tenaga kerja harus ditetapkan sesuai dengan pendidikan, keahlian dan tanggung jawabnya.

c. Perencanaan Pemasaran Ikan
Pemasaran ikan yang akan dihasilkan disesuaikan dengan permintaan (pasar) yang ada didaerah tersebut. Produksi ikan harus disesuaikan dengan jumlah dan spesifikasi permintaan pasar. Permintaan pasar yang perlu diketahui adalah ukuran ikan yang diminati masyarakat. Jumlah ikan dengan spesifikasi tertentu yang dapat di serap pasar setiap hari/minggu/bulan. Total ikan yang dapat diserap pasar, berapa persen yang akan kita sediakan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Hasil survey pasar, perlu diatur pemanenan ikan baik jumlah maupun spesifikasi ikan yang dibutuhkan pasar. Agar panen ikan dapat diatur, berarti penebran benih ikan juga disesuaikan dengan periode pemanenan ikan.

2. TUGAS-2
a. Pelajari dan amati jenis ikan yang paling disukai masyarakat di sekitar anda!
b. Wawancarai beberapa masyarakat (minimal 5 orang) berapa kali mereka makan ikan dalam satu minggu dan jenis ikan apa!
c. Amati berapa banyak jumlah usaha pembesaran ikan di daerah anda tinggal!
d. Amati ketersediaan sarana produksi dan benih ikan di pasar dan di sekitar anda tinggal!
e. Bagaimana ketersediaan air dalam setahun di daerah anda tinggal?
f. Coba anda simpulkan apakah didaerah anda tinggal menguntungkan dilakukan kegiatan pembesaran ikan!
g. Coba anda rencanakan jenis ikan yang akan dipelihara pada kegiatan pembesaran ikan!

3. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-2

Setelah anda mempelajari lembar informasi 1 Ruang lingkup kegiatan pembesaran ini, lanjutkan dengan tugas – tugasnya. Selanjutnya jawablah pertanyaan pada soal dibawah ini dengan benar. Apabila anda menjawab dengan benar ≥ 80% anda dapat melanjutkan pada lembar informasi 2. Apabila anda dalam menjawab soal dan tugas masih < 80% anda tidak diperkenankan melanjutkan ke lembar informasi berikutnya dan disarankan mempelajari kembali lembar informasi 1

3. TES FORMATIF-2

1. Perencanaan kegaiatan pembesaran ikan bertujuan untuk :
a. meningkatkan produksi ikan
b. meningkatkan harga ikan
c. meningkatkan efisiensi usaha
d. meningkatkan pembeli ikan

2. Rencana jenis ikan yang akan pelihara pada kegiatan pembesaran ikan ditentukan berdasarkan :
a. permintaan pasar
b. sumber air pada lokasi pembesaran ikan
c. kemampuan teknis pengusaha ikan
d. luas kolam pembesaran ikan

3 Perencanaan jumlah ikan yang akan diproduksi pada kegiatan pembesaran ikan ditentukan berdasarkan :
a. sumber air pada lokasi pembesaran ikan
b. permintaan pasar
c. kemampuan teknis pengusaha ikan
d. luas kolam pembesaran ikan

4. Ketersediaan air yang baik secara kontiniu pada lokasi yang akan dibangun merupakan bagian dari aspek :
a. sosial
b. ekonomi
c. teknis
d. iklim

5. Ketersediaan sarana produksi dan benih ikan pada lokasi yang akan dibangun kolam pembesaran ikan merupakan perencanaan pada aspek :
a. teknis
b. ekonomi
c. sosial
d. budaya

4. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-2

1. C
2. A
3. B
4. C
5. B

C. KEGIATAN BELAJAR-3

1. LEMBAR INFORMASI-3 KOLAM

a. Pembuatan Kolam
Kolam pembesaran ikan merupakan genangan air tempat memelihara ikan yang mudah untuk dikeringkan dan di air dalam waktu yang relatif singkat. Definisi tersebut berarti kolam memiliki pematang, dasar kolam, pipa pemasukan air dan pipa pemasukan air. Selain itu kolam, sebagai tempat memelihara ikan berarti kolam tersebut sebagai tempat ikan tumbuh dan berkembang. Sebagai tempat tumbuh dan berkembang, lingkungan hidup ikan yang terdiri dari makanan dan kualitas air harus baik.

1) Pematang Kolam

Pematang kolam berfungsi untuk menahan air agar tetap tergenang pada lahan yang dijadikan kolam. Berdasarkan fungsi tersebut, pematang harus kuat dan tidak terdapat kebocoran. Agar pematang lebih kuat perlu diperhatikan tekstur tanah yang akan dijadikan pematang. Tekstur tanah yang baik untuk kolam adalah liat berpasir dan lempung berpasir.

Pematang kolam terdiri dari pematang primer, sekunder dan tertier. Pematang primer umumnya berfungsi untuk menahan banjir pada musim hujan. Pematang primer umumnya dibuat lebih tinggi dari pasang naik atau banjir yang pernah ada. Selain itu pematang primer umumnya dibangun sebagai batas areal perkolaman. Pematang sekunder berfungsi untuk memisahkan antar kolam. Pematang sekunder umumnya lebih rendah dari pematang primer.

Pembuatan pematang harus terhindar dari tumbuh-tumbuhan besar, hal ini untuk menghindari kebocoran. Pembuatan pematang primer harus terbuat dari lapisan inti yang kedap air. Tebal lapisan inti tersebut minimal 0,5 m dibagian atas pematang dan 1 m dibagian bawah pematang seperti terlihat pada gambar.

Pematang primer biasanya digunakan selain untuk menahan air juga digunakan untuk jalan. Oleh sebab itu pematang primer harus kuat. Perbandingan tinggi dan lebar pematang adalah 1 :2. seperti terlihat pada gambar

Pembuatan pematang sekunder dan tertier pada prinsipnya sama dengan pembuatan pematang primer. Ukuran pematang sekunder dan tertier umumnya lebih rendah dimana lebar atas pematang 0,5 -1 m dan perbandingan tinggi dan lebar pematang adalah 1:1. Ukuran pematang sekunder dan tertier pada tempat yang mengandung tanah berpasir adalah 1-1,5 m tinggi pematang 1 – 1,5 dari dasar kolam dan perbandingn tinggi dan lebar adalah 1 :2.

2) Pipa Air

Pipa air kolam merupakan salah satu bagian yang penting pada area perkolaman. Pipa air terdiri dari pipa pemasukan air dan pengeluaran air. Pipa pemasukan air menghubungkan saluran pemasukan air dengan kolam. Pipa pemasukan air dapat terbuat dari besi, paralon atau bambu. Pipa pemasukan air dipasang diatas air tertinngi kolam, seperti terlihat pada gambar.

Gambar 15. Pipa Pemasukan Air Kolam
Pipa pengeluaran air berfungsi untuk mempertahankan kedalaman air kolam dan untuk mengeringkan air kolam. Pipa pengeluaran air terdiri dari pipa pelimpasan air dan pipa pengurasan air. Pipa pelimpasan air dipasang sesuai dengan ketinggian air kolam sedangkan pipa pengurasan dipasang pada dasar kolam.

Gambar 16. Pipa Pengeluaran Air Kolam

3) Dasar Kolam
Dasar kolam merupakan tempat memelihara ikan dan menumbuhkan pakan alami. Dasar kolam harus miring ke arah pipa pengeluaran air agar pada saat pemanenan ikan dapat dikeringkan. Kemiringan dasar kolam adalah 1% kearah pipa pengeluaran air. Dasar kolam harus memiliki kamalir untuk memudahkan pemanenan ikan. Ukuran kamalir adalah kedalaman 0,3 m dan lebar 0,5 m.

Gambar 17. Kamalir pada Kolam

2. TUGAS-3

a. Lakukan pengamatan pematang kolam dan dasar kolam dan gambar didaerah anda!
b. Ukurlah lebar dasar pematang, bagian atas pematang dan kemiringan dasar kolam didaerah anda!
c. Gambarlah pipa pemasukan dan pengeluaran air kolam di daerah anda!

3. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-3

Setelah anda mempelajari lembar informasi 1 Ruang lingkup kegiatan pembesaran ini, lanjutkan dengan tugas – tugasnya. Selanjutnya jawablah pertanyaan pada soal dibawah ini dengan benar. Apabila anda menjawab dengan benar ≥ 80% anda dapat melanjutkan pada lembar informasi 2. Apabila anda dalam menjawab soal dan tugas masih 0,05 mg/liter dapat membahayakan kehidupan organisme perairan termasuk ikan.

Metode pengukuran parameter kimia air

a. Kadar oksigen terlarut (DO)
Sesuai dengan petunjuk teknis bahwa untuk pengambilan sampel air di perairan dengan kedalaman kurang dari 10 meter maka sampel air diambil pada dua titik yaitu di permukaan dan dasar perairan. Langkah kerja pengukuran kadar oksigen terlarut :
• Pastikan tali botol pengambil air telah terikat dengan kencang
• Tenggelamkan botol mencapai kedalaman yang ditentukan
• Buka tutup bagian atas dan bawah botol
• Tutup kembali kedua tutup botol
• Masukkan air sampel ke dalam botol oksigen (BOD) dengan menggunakan pipa karet yang dihubungkan dengan kran. Ujung pipa karet dimasukkan mencapai dasar botol.
• Bubuhkan 0,5 cc MnCl2 dengan menggunakan pipet karet
• Teteskan alkalijodida sebanyak 0,2 cc dengan pipet karet yang berbeda
• Tutup botol dengan hati-hati, kocok perlahan-lahan kemudian diamkan beberapa saat sampai endapan coklat terbentuk
• Dengan menggunakan pipet karet tambahkan 1 cc HCl pekat ke dalam botol. Tutup botol kembali dan kocok-kocok hingga larutan berwarna coklat jernih.
• Takarlah larutan tersebut sebanyak 100 ml ke dalam labu erlenmeyer 250 cc
• Titer dengan natrium tiosulfat 0,02 N sampai warna coklat berubah menjadi kuning
• Tambahkan larutan amilum 2 – 3 tetes dan titer terus sampai larutan menjadi jernih
• Hitung kadar oksigen terlarut menggunakan rumus :

O2 ppm = 1000 x p x 0,16
100

dimana 1000 = 1 liter air per 100 cc air contoh
100
p = jumlah ml tio yang dihabiskan untuk mentitrasi
0,16 = jumlah (mgr) oksigen yang setara dengan tio 0,02 normal

Pengukuran salinitas
Langkah kerja :
• Lakukan kalibrasi pada refraktometer dengan meneteskan akuades (air suling) pada prisma kemudian tutup penutup prisma
• Lihat skala pada petunjuk refraktometer, bila belum menunjukkan angka 0, putar cincin kalibrasi sehingga indikator menunjuk angka 0
• Bilas prisma dengan air sampel sebanyak 3 kali
• Teteskan setetes air sampel pada prisma kemudian tutup
• Lihat skala salinitas yang tampak pada indikator
• Ulangi proses di atas dengan air sampel pada beberapa titik badan air

b. Pengukuran kadar karbondioksida terlarut
Langkah kerja :
• Membilas botol pengambil air sebanyak tiga kali dengan air pada titik pengambilan sampel
• Pengambilan air sampel dengan hati-hati sehingga tidak terjadi kontak langsung dengan udara
• Takar 25 ml air sampel ke dalam labu erlenmeyer dengan mengurangi singgungan dengan udara
• Tambahkan 3 – 4 tetes indikator pp. jika berwarna pink berarti tidak ada CO2, bila tidak berwarna lanjutkan ke langkah kerja berikutnya
• Titrasi dengan natirum karbonat 0,045 N sampai warna pink stabil selama 30 detik
• Hitung dengan rumus :
CO2 (mg/liter) = ml titran x N titran x 44/2 x 1000
Volume sampel

c. Pengukuran pH air
Langkah kerja :
• Menyiapkan keping indikator warna penunjuk pH (terdapat pada pembungkus pH paper)
• Ambil pH paper dan celupkan ke dalam air yang akan diukur selama beberapa menit
• Bandingkan warna pH paper yang tampak dengan keping indikator pH. Nilai pH perairan sesuai dengan warna yang pada keping indikator.

Pengukuran parameter fisika air

a. Pengukuran suhu air
Langkah kerja :
• Menentukan 3 titik pengambilan data pada badan air (permukaan – pertengahan – dasar atau inlet – outlet – tengah kolam)
• Mencatat waktu dan cuaca saat itu (dapat juga melakukan pengukuran suhu udara dengan termometer udara)
• Masukkan termometer air pada badan air selama ± 2 menit Baca nilai temperatur saat termometer masih di dalam air
• Dengan menggunakan tali, ulangi proses di atas di badan air lainnya

b. Pengukuran kecerahan air
Langkah kerja :
• Masukkan lempeng secchidisk ke dalam badan air secara perlahan-lahan
• Perhatikan dan catat kedalaman air ketika lempeng secchidisk mulai tidak terlihat
• Tarik kembali secchidisk perlahan-lahan, perhatikan dan catat kedalaman ketika lempeng secchidisk mulai tampak kembali
• Rata-rata nilai pengukuran yang didapat merupakan nilai kecerahan perairan tersebut
• Lakukan pengulangan sebanyak tiga oleh orang yang berbeda

Salah satu cara pengelolaan kualitas air adalah dengan melakukan pemeriksaan atau pemantauan air yang dilakukan 2 – 3 kali sehari. Pengelolaan kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan laboratorium atau pengamatan penampakan air. Di bawah ini adalah tabel beberapa kemungkinan penyebab dan alternatif perlakuan yang dapat dilakukan berdasarkan gejala perubahan parameter kualitas air pada wadah pemeliharaan.
Tabel 3. Pengamatan Kualitas Air
Gejala yang tampak Penyebab Alternatif tindakan
• Air berwarna keputihan seperti susu • Kematian plankton secara masal • Mengganti air
• Aerasi ditingkatkan
• Ammonia tinggi • Pembusukan bahan organik
• Limbah pencemaran • Mengganti air
• Kurangi jumlah pakan
• Cek parameter kualitas air
• Cek ikan
• Alkalinitas rendah • Menambahkan alkaline buffer
• Nitrit tinggi • Pembusukan bahan organik • Mengganti air
• Kurangi jumlah pakan
• Cek parameter kualitas air
• Cek ikan
• Oksigen terlarut rendah
( 20 ppm) • Kepadatan biomassa tinggi
• Bloom plankton • Mengganti air atau
• Aerasi ditingkatkan
• Hentikan pemberian pakan sampai kandungan oksigen normal
• Cek kondisi ikan
• Cek kepadatan biomassa
• pH rendah • Air hujan • Tambahkan alkaline buffer (sodium bikarbonat)
• Kurangi jumlah pakan
• Cek kandungan ammonia/nitrit
• Suhu tinggi (> 32oC) • Sinar matahari
• Kedalaman air kurang • Penggantian air
• Pemasangan peneduh
• Wadah diperdalam
• Bau busuk • Pembusukan bahan organik • Pembersihan badan air
• Penggantian air
• Cek parameter air
• Pertumbuhan zooplankton lain/rotifera masal • Pembusukan bahan organik • Pembersihan badan air
• Penggantian air
• Cek parameter air
• Salinitas rendah • Hujan • Mengganti air
• Pengadukan air
• Pertumbuhan cacing chironomida masal di dasar wadah • O2 rendah
• Pencemaran • Penyiponan dasar wadah
• Mengganti air
• Busa di permukaan air • Pembusukan bahan organik • Mengganti air
• Penambahan aerasi
• Cek parameter air

d. Identifikasi Faktor Biologi Air

Sifat biologi air merupakan media untuk kegiatan biologis dalam pembentukan dan penguraian bahan-bahan organik. Di dalam kolam terjadi proses ekologis seperti proses produksi biomassa nabati melalui aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton atautumbuhan air (mikrofita), proses konsumsi oleh organisme hewani, dan proses dekomposisi bahan organik di dasar kolam menjadi hara oleh bakteri pengurai. Bahan organik yang mengendap di dasar kolam berasal dari bangkai organisme yang mati, feses dan sisa pakan. Hara yang dihasilkan dari penguraian bahan organik oleh bakteri selanjutnya dimanfaatkan oleh fitoplankton.
Kandungan bahan-bahan dalam air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi warna air. Berikut ini tabel bahan yang terkandung dalam air dan pengaruhnya pada warna air:

Tabel 4. Kandungan Bahan Dalam Air Dan Pengaruhnya Terhadap Warna Air
BAHAN WARNA AIR
Alga biru Hijau tua
Diatomae Kuning kecoklatan
Zooplankton Merah
Bahan organik Cokelat tua
Humus Hijau/kuning kecoklatan

Namun pada pembahasan ini hanya dibatasi pada kandungan jasad-jasad renik di air yang bermanfaat untuk budidaya ikan seperti plankton, bentos dan perifiton.

c. Menentukan faktor biologi air
Sifat biologi air yang banyak berperan dan perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pendederan ikan air tawar adalah produktivitas primer, yakni produktivitas plankton, perifiton dan bentos. Produktivitas primer sangat besar peranannya di dalam pembenihan ikan air tawar, karena berfungsi sebagai pakan alami serta penyedia oksigen terlarut dalam air bagi ikan untuk bernafas (respirasi).

1. Plankton

Plankton merupakan jasad-jasad renik yang melayang di dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Plankton dibagi menjadi fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Berdasarkan ukurannya plankton terbagi atas makroplankton ukuran 200 – 2000 μ, mikroplankton ukuran 20 – 200μ, nannoplankton ukuran 2–20 μ dan ultra nannoplankton ukuran 4,7 mm, Makrobentos ukuran antara 4,7 mm – 1,4 mm, Meiobentos ukuran antara 1,3 – 0,59 mm dan Mikrobentos ukuran antara 0,5 mm – 0,15 mm.Bentos dapat ditentukan jumlahnya dengan jalan mengambil lumpur dasar. Hasil perhitungannya dinyatakan sebagai jumlah individu per volume lumpur yang diperiksa.

Menghitung jumlah bentos
Langkah-langkah kerja:
1) Ambil lumpur dasar kolam setebal 5 cm dengan pipa gelas dan letakkan dalam becker glass
2) Teteskan formalin 10% sebanyak 1 cc
3) Hitung jumlah organisme bentos yang ada dengan menggunakan kaca pembesar

Mengelola faktor biologi air
Pengelolaan faktor biologi air dilakukan dengan cara :
a. Pengangkatan lumpur
Setelah digunakan untuk siklus terdahulu, pada dasar kolam akan telah menjadi kubangan lumpur organik yang terdiri dari bangkai organisme air seperti plankton, perifiton, nekton, bentos dan organisme lain yang mengendap yang tidak/belum terurai oleh bakteri. Keberadaan lumpur selain menyebabkan pendangkalan, meningkatkan kekeruhan, juga menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut. Lumpur organik dibuang dengan mengangkat atau menggelontor dengan air sehingga dasar kolam bersih.
b. Pengeringan dan penjemuran dasar kolam

Dasar kolam dijemur dengan bantuan sinar matahari selama 3 – 7 hari, tergantung cuaca sampai dasar kolam retak-retak. Penjemuran bertujuan untuk mengoksidasi bahan organik yang terkandung dalam dasar kolam menjadi mineral (hara), membunuh bakteri patogen dan membunuh telur atau benih organisme hama.

c. Pengapuran

Tujuan pengapuran antara lain meningkatkan pH tanah, membunuh bakteri patogen dan organisme hama serta meningkatkan kesuburan tanah. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3), kapur tohor (CaOH2) dan dolomit. Dosis yang digunakan 300 – 500 g/m3, tergantung pada kondisi pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur semakin tinggi.

d. Pemupukan

Bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Peningkatan populasi fitoplankton mendorong pertumbuhan populasi zooplankton sehingga dapat meningkatkan ketersediaan pakan alami ikan.
Pupuk yang digunakan antara lain pupuk organik (kotoran ayam atau ternak lainnya) dan anorganik (urea, TSP, NPK, KCl), atau campuran keduanya. Dosis pemupukan dengan pupuk organik (unggas) adalah 2,5 – 5 ton/ha (tergantung pH tanah).

2 . TUGAS-4

Untuk memahami pengelolaan kualitas air untuk pembesaran ikan( tradisional, semi intensif dan intensif), coba anda lakukan tugas –tugas dibawah ini dengan baik

a. Ukurlah debit air pada pipa pemasukan dan pengeluaran air kolam pembesaran sistem tradisional, semi intensif dan intensif!
b. Ukurlah oksigen terlarut pada pipa pemasukan dan pengeluaran air kolam pembesaran sistem tradisional, semi intensif dan intensif!
c. Coba anda hitung ( wawancara ) padat penebaran pada kolam pembesaran sistem tradisional, semi intensif dan intensif!
d. Coba anda jelaskan pada kesimpulan hubungan kualitas air dan padat penebaran ikan di kolam!

3. TES FORMATIF-4

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dibawah ini dengan cara melingkar pada jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Debit air yang masuk ke dalam air kolam pembesaran bertujuan untuk :
a. menambah oksigen terlarut
b. membawa makanan kedalam kolam
c. menetralkan suhu air kolam
d. menambah tingginya air

2. Suhu air kolam dalam parameter kualitas air termasuk :
a. Faktor kimia
b. Faktor fisika
c. Faktor Biologi
d. Faktor teknis

3. Perbedaan padat penebaran benih ikan pada kegiatan pembesaran ikan sistem tradisional, semi intensif dan intensif disebabkan oleh :
a. daya dukung kolam
b. planton yang tersedia
c. oksigen terlarut
d. ikan yang dipelihara

4. Oksigen terlarut yang baik pada kolam pembesaran ikan adalah
a. 1-3 ppm
b. 2-4 ppm
c. 4-6 ppm
d. 6-8 ppm

5. Kandungan ammonium di kolam pembesaran ikan sebaiknya
a. < 0,01 ppm
b. 0,02 – 0,05 ppm
c. 0,05 – 0,08 ppm
d. 0,08 – 1,00 ppm

6. Debit air yang baik bagi kegiatan pembesaran ikan secara semi intensif adalah :
a. 1-3 liter/menit
b. 3-6 liter/menit
c. 6-8 liter/menit
d. 10-12 liter/menit

7. Sumber oksigen terlarut dalam air kolam berasal dari kecuali :
a. difusi udara
b. air masuk ke kolam
c. fotosintesa
d. pernapasan ikan

8. Untuk memperbaiki faktor biologi di kolam pembesaran ikan dilaukan dengan cara :
a. Memasukkan air kedalam kolam
b. Menjarangkan benih ikan dikolam
c. Mengolah dasar kolam
d. Meningkatkan suhu air kolam

9. Kekeruhan air kolam umumnya diakibatkan oleh :
a. faktor kimia dan biologi
b. faktor biologi dan fisika
c. faktor kimia dan fisika
d. faktor kimia, fisika dan biologi

10. Penyakit ikan dikolam disebabkan faktor oleh :
a. faktor kimia, fisika dan biologi
b. kualitas air, ikan dan penyakit
c. iklim, kualitas air dan ikan
d. ukuran ikan, amoniak dan kualitas air

4. JAWABAN TES FORMATIF

No Jawaban No Jawaban
1 A 6 D
2 B 7 D
3 C 8 C
4 D 9 B
5 A 10 B

E. KEGIATAN BELAJAR-5

1. LEMBAR INFORMASI- 5 : PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN

a. Hama dan Penyakit

Penyakit ikan merupakan permasalahan utama dalam budidaya ikan. Penyakit ikan terjadi tidak berdiri sendiri tetapi akumulasi dan interaksi dari penyakit, ikan dan lingkungan (Dian, 2006). Pada budidaya ikan secara intensif, penyakit ikan dipengaruhi oleh manajemen budidaya dan fluktuasi lingkungan seperti penanganan ikan dan lingkungan, padat penebaran, pemeliharaan, fluktuasi suhu dan kualitas air yang tidak memadai. Penyakit ikan dapat menular pada semua wilayah budidaya ikan termasuk ikan liar. Selain itu penyakit dapat mengurangi efisiensi dan produksi yang pada akhirnya mengurangi laba.

Penyebab penyakit yang sering menyerang ikan dapat dikelompokkan kedalam penyakit infeksi dan non-infeksi. Penyakit akibat infeksi umumnya karena gangguan mikroorganisme yang bersifat patogen. Penyebab penyakit non-infeksi adalah penyakit yang diakibatkan oleh gangguan faktor yang bukan patogen yaitu malnutrisi dan kualitas air ( Roberts, 1982 ).

b. Penyebab Penyakit Akibat Infeksi
Kendala utama dalam usaha pembenihan ikan patin adalah serangan penyakit terhadap ikan. Ikan yang sering terkena penyakit pada umur 2 – 30 hari (Anonim, 2004). Penyebab penyakit yang sering menyerang benih ikan patin adalah bakteri, parasit dan jamur.

1) Bakteri
Bakteri yang sering menyerang benih ikan patin adalah bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. (Anonim, 2004). Benih ikan yang terserang bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip (Haburchack, 2005). Bakteri Aeromonas sp. sering menyerang organisme perairan jika berada pada kondisi lingkungan yang kurang baik (Boyd, C.E. et al., 1999). Bakteri Aeromonas sp. dapat menyebabkan penyakit, keracunan darah, sirip busuk, luka pada kulit dan pendarahan pada ikan (Taslihan et al. 2003). Bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. umumnya menyerang ikan – ikan air tawar khususnya ikan patin.

Umumnya petani pembenih ikan patin mengatasi ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. menggunakan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm, larutan nitrofuran 5-10 ppm dan larutan oksitetrasiklin 5 ppm (Anonim, 2003).

2) Parasit
Parasit pada ikan terdiri dari parasit eksternal dan internal. Parasit eksternal dapat ditemukan pada insang dan kulit sedangkan parasit internal terdapat pada daging atau organ bagian dalam (Lewamdoskwa,1999). Parasit pada ikan air tawar mempunyai jalan kehidupan kompleks yang melibatkan lebih dari satu inang. Parasit dapat menjadi penyebab kerusakan organ dan jaringan inang (Lewamdoskwa,1999). Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih. Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian pada ikan dalam waktu singkat.

Parasit Ichthyoptirus multifilis adalah ciliata dalam jumlah banyak mampu menginfeksi ikan ( Haburchack, 2005). Penyakit white spot (bintik putih) adalah penyakit yang disebabkan oleh kelompok protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis. Pengendalian Ichthyoptirus multifilis menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, selanjutnya ikan dibiarkan dalam larutan tersebut selama 24 jam (Anonim, 2005). Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari. Pengobatan ikan dapat juga dilakukan dengan menggunakan formalin pada konsentrasi 250 ppm dengan perendaman selama 1 jam (Haburchack, 2005).

3) Jamur

Penyakit yang disebabkan jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Jamur penyebab penyakit pada ikan biasanya adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi kualitas air yang menurun, kemungkinan ikan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Pengobatan yang biasa di gunakan adalah malachyt green oxalate dengan dosis 2-3 gr /lt air selama 30 menit dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut ( Anonim, 2005).

c. Penyakit Non Infeksi
Penyakit non-infeksi banyak ditemukan berupa keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan (Anonim, 2005). Ikan akan lemah, berenang dan bergerombol dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan perkembangannya tidak normal (Anonim, 2005).

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya hama dan penyakit pada budidaya ikan:
• Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
• Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
• Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
• Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
• Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
• Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
• Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (Lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

d. Pencegahan Hama

Pada pemeliharaan ikan di kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama lain berupa hewan pemangsa lainnya seperti; udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam kolam akan menjadi pesaing ikan yang dipelihara dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Untuk menghindari serangan hama pada kolam sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar kolam dibersihkan. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Leptotilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas kolam dengan lembararan jaring. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, juga ikan tidak akan melompat keluar.
e. Pencegahan Parasit dengan Penyarigan Air Sistem Filter Mekanik

Filter mekanik merupakan sebuah alat untuk memisahkan material padatan dari air secara fisika (berdasarkan ukurannya), dengan cara menangkap/menyaring material-material tersebut sehingga tidak terbawa pada air pemasukan. Material-material tersebut dapat berupa suspensi partikel kacil atau parasit ikan. Oleh karena itu fungsi filter mekanik selain menyaring partikel juga parasit yang berukuran besar tidak dapat masuk dalam kolam.

Partikel padatan dalam hal ini bukan merupakan bahan terlarut tetapi merupakan suatu suspensi. Ukurannya dapat bervariasi dari sangat kecil, hingga tidak bisa dilihat oleh mata (sebagai contoh: partikel, plankton, organisme parasit, bakteri yang menyebabkan air keruh). Partikel-partikel ini dapat terperangkap dalam berbagai jenis media, dengan syarat diameter lubangnya atau porinya lebih kecil dari diameter partikel. Media tersebut dapat berupa kapas sintetis atau bahan berserabut lain, spong, kaca atau keramik berpori, kerikil, pasir, dll.

Bahan yang diperlukan untuk sebuah filter mekanik adalah berupa bahan yang tahan lapuk, memiliki lubang-lubang (pori-pori) dengan diameter tertentu sehingga dapat menahan atau menangkap partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari diameter media flter tersebut (Gambar 1).

Gambar 18. Mekanisme Kerja Filter Mekanik

Gambar 1 menunjukkan gambaran kasar tentang mekanisme kerja sebuah filter mekanik. Dalam gambar itu tampak bahwa partikel yang berukuran lebih besar dari diameter (pori) media filter akan terperangkap dalam filter sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil dan juga air akan lolos.

Sebuah wadah atau bak kosong dapat pula berfungsi sebagai filter mekanik. Akan tetapi proses yang terjadi bukan melalui penyaringan partikel melainkan melalui proses pengendapan. Hal ini dimungkinkan dengan membuat aliran air serendah mungkin sehingga kecepatan partikel mengendap menjadi lebih besar daripada laju aliran air. Bak pengendapan umum digunakan dalam manajeman kolam ikan (seperti kolam ikan koi).

Media filter mekanik (bahan yang digunakan untuk menyaring atau menangkap partikel) memiliki ukuran diamater lubang atau ukuran pori beragam, dari satuan mikron (sepersejuta meter) hingga satuan sentimeter (seperseratus meter), tergantung dari bahan yang digunakan. Diatom atau membran berpori-mikro, misalnya, memiliki pori-pori dengan satuan ukuran mikron sehingga selain dapat menahan suspensi juga dapat menangkap infusoria, bakteri dan algae berseltunggal. Sedangkan jenis yang lain bisa mempunyai ukuran pori lebih besar. Hal yang menarik dari ukurn pori ini adalah diameter efektifnya. Seperti terlihat pada gambar 1, secara alamiah akan terjadi bahwa efektifitas filter mekanik akan meningkat dengan berjalannya waktu. Diameter pori filter yang semula hanya dapat menangkap partikel yang berkukuran lebih besar dari diameter porinya, dengan berjalannya waktu akan dapat pula menangkap partikel yang berukuran lebih kecil. Hal demikian dapat terjadi, karena dengan adanya halangan yang diakibatkan oleh partikel yang terjebak dan menutup lubang pori semula maka ukuran pori efektif yang berfungsi akan semakin mengecil, sehingga partikel lebih kecil pun lama-lama akan bisa tertangkap. Keadaan ini dapat membawa kekesimpulan yang salah, bahwa filter mekanik semakin lama akan semakin efektif. Pada kenyataannya tidak demikian, dengan semakin “efektifnya” filter mekanik akan membawa ke keadaan dimana tidak akan ada lagi sebuah partikelpun, termasuk air, yang bisa dilewatkan. Dengan kata lain filter akan tersumbat total sehingga gagal berfungsi (Gambar 2)

Gambar 19. Penumpukan partikel-partikel pada media filter mekanik.

Meskipun pada awalnya akan dapat meningkatkan efektifitas filter, tapi dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadinya penyumbatan sehingga filter gagal berfungsi. Hal yang umum terjadi adalah semakin halus pori-pori media filter mekanik yang digunakan akan semakin cepat pula penyumbatan terjadi. Apabila penggunakan media sangat halus ini perlu dilakukan maka dengan menggunakan sistem filter mekanik bertingkat akan dapat menolong mengurangi resiko terjadinya penyumbatan dengan cepat.

Filter mekanik perlu dirawat dan dibersihkan secara periodik agar dapat tetap berfungsi dengan baik. Kontrol terhadap kondisi filter ini sebaiknya dilakukan secara rutin. Apabila media sudah tidak dapat lagi berfungsi dengan baik karena rusak atau terdekomposisi, maka perlu dilakukan penggantian dengan media baru.

f. Pemeriksaan Ikan yang Terserang Penyakit

Ikan dikatakan sakit bila terjadi suatu kelainan baik secara anatomis maupun fisiologis. Secara anatomis terjadi kelainan bentuk bagian-bagian tubuh ikan seperti bagian badan, kepala, ekor, sirip dan perut. Secara fisiologis terjadi kelainan fungsi organ seperti; penglihatan, pernafasan, pencernaan, sirkulasi darah dan lain-lain. Gejala yang diperlihatkan dapat berupa kelainan perilaku atau penampakan kerusakan bagian tubuh ikan. Adapun ciri-ciri ikan sakit adalah sebagai berikut;

1) Behaviour (perilaku ikan)
• Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megap-megap).
• Ikan sering menggosok-gosokan tubuhmya pada suatu permukaan benda.
• Ikan tidak mau makan (nafsu makan menurun).
• Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, maka ikan yang sakit akan memisahkan diri dan berenang secara pasif

2) Equibriun

Equibriun artinya keseimbangan, ikan yang terserang penyakit keseimbangannya terganggu, maka ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur, bahkan menabrak dinding bak.

3) External lesion

Adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu karena adamya serangan penyakit. External lesion pada ikan antara lain:
a. Discoloration
Pada ikan sehat mempunyai warna tubuh normal sesuai dengan pigmen yang dimilikinya. Kelainan pada warna yang tidak sesuai dengan pigmennya adalah suatu discoloration. Seperti warna gelap menjadi pucat dan lain-lain.
b. Produksi lendir
Lendir pada ikan sakit akan berlebihan bahkan sampai menyelimuti tubuh ikan tergantung pada berat tidaknya tingkat infeksi. Penyakit ini bisa menyebabkan k erusakan organ seperti pada kulit, sirip, insang dan lain-lain.
c. Dropsy
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.

Gambar 20. Dropsy pada Platty (kiri) dan Cupang (kanan) . Tampak sisik yang berdiri (mengembang) sehingga menyerupai bentuk buah pinus.

Gambar 21. Dropsy tampak samping, menunjukkan perut membuncit sebagai akibat akumulasi cairan/lendir pada rongga perut.

Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau lendir dalam rongga tubuh. Gejala ini disertai dengan,
• malas bergerak,
• gangguan pernapasan, dan
• warna kulit pucat kemerahan.

Gambar 22. Akumulasi cairan

Akumulasi cairan selain akan menyisakan rongga yang “menganga” lebar, juga akan menyebabkan organ dalam tubuh ikan tertekan. Bila gelembung renang ikut tertekan
a.
Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi.
d. Kelainan Gelembung Renang

Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan.Beberapa kelainan atau masalah dengan gelembung renang, yang umum dijumpai, adalah :
• sebagai akibat dari luka dalam, terutama akibat berkelahi atau
• karena kelainan bentuk tubuh.

Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang yang kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, karena dalam kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tidak ada fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada subtrat.

Gambar 23. Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) padaikan “red parrot”, ikan berenang dengan kepala di bawah.

Tanda-tanda penyakit kelainan gelembung fenang
• Perilaku berenang tidak normal dan
• Kehilangan keseimbangan.
• Ikan tampak kesulitan dalam menjaga posisinya dalam air.

Kerusakan gelembung renang menyebabkan organ ini tidak bisa mengembang dan mengempis, sehingga menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam. Dalam beberapa kasus ikan tampak berenang dengan kepala atau ekor dibawah atau terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang terbalik.
e. Mata Berkabut (Cloudy Eye)

Mata berkabut atau “cloudy eye” ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih.
Secara umum gejala ini disebabkan oleh kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Apabila gejala mata berkabut terjadi, maka hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air hingga sesuai dengan keperluan ikan yang bersangkutan. Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain.

f. Sembelit (Konstipasi)

Sembelit atau konstipasi (constipation) merupakan gejala yang tidak jarang dijumpai pada ikan, dengan ciri utama ikan kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang kotoran, dan malas (berdiam diri di dasar). Dalam kasus berat bisa disertai dengan nafas tersengal-sengal (megap-megap) dan badan mengembung.
g. Ulcer

Ulcer merupakan suatu pertanda tarjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan. Sering pula borok ini disertai dengan memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dapat memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, selain itu, dapat pula disertai dengan gejala penyakit bakterial lainnya seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).

Gambar 24. Gejala umum Ulcer yang disertai dengan infeksi jamur Saprolegnia.

h. Busuk Mulut
Tanda-tanda penyakit adalah :
• mulut membengkak,
• mulut tidak bisa mengatup
• disusul kematian dalam waktu singkat.
• Busuk mulut merupakan penyakit akibat infeksi bakteri.
• Kehadiran penyakit ini ditandai dengan munculnya memar putih atau abu-abu disekitar kepala, sirip, insang dan rongga mulut.
• Memar tersebut kemudian akan bekembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih kelabu, khususnya di sekitar mulut, sehingga mulut sering menjadi tidak bisa terkatup.
• Kehadiran benda ini tidak jarang sulit dibedakan dengan serangan jamur. Oleh karena itu, untuk memastikan dengan jelas diperlukan pengamatan dibawah mikroskop.

Pada serangan ringan, seperti ditunjukkan oleh adanya memar putih saja, kematian dapat terjadi setelah timbulnya kerusakan fisik yang berarti. Sedangkan dalam serangan akut dan cepat, yang biasanya terjadi di dearah dengan suhu udara hangat seperti di Indonesia, penyakit tersebut dapat berinkubasi kurang dari 24 jam dan kematian terjadi dalam waktu 2 – 3 hari, diantaranya disertai dengan rontoknya mulut. Meskipun demikian, di beberapa kasus bisa terjadi kematian tanpa disertai gejala fisik apapun, sehingga apabila dijumpai kematian mendadak pada ikan, salah satu yang perlu dicurigai adalah akibat serangan penyakit ini.

i. Bintik Putih – White Spot (Ich)

White spot atau dikenal juga sebagai penyakit “ich”, merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam air memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut.

Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari “white spot” pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.

Gambar 25. Ikan yang terserang “white spot”

Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan
• Penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut.
• Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan.
• Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.
• Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam air sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka.

Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat
• mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan,
• akibat gangguan pernapasan, atau
• menyebabkan infeksi sekunder.
• ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.

Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis:
• akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan
• siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut).
• pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas.
• sirip tampak robek-robek dan compang-camping.
• Insang juga tampak memucat.
• kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan menglami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi, ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.

j. Keracunan

Kolam maupun pada akuarium merupakan suatu ekosistem kecil yang sangat terbatas, oleh karena itu terjadinya pencemaran oleh bahan beracun yang dapat terakumulasi pada ekosistem tersebut. Beberapa bahan beracun yang dapat masuk kedalam lingkungan kolam maupun akuarium baik sengaja maupun tidak, antara lain adalah:
• Obat-obatan yang sengaja diberikan untuk mengatasi/mencegah suatu penyakit pada ikan.
• Bahan kimia yang secara tidak sengaja digunakan disekitar akuarium, sperti parfum, aerosol, asap rokok berlebihan, minyak, insektisida, cat, deterjen atau sabun.
• Hasil metabolisme ikan yaitu urine dan kotoran ikan.
• Kualitas air sumber yang tercemar.
Gejala keracunan pada ikan:
• Ikan meluncur dengan cepat kesana kemari secara tiba-tiba,
• berenang dengan liar, dan terkadang hingga menabrak benda-benda yang adad.
• Nafas tersengal-sengal.
• Warna menjadi pudar.
• Terkadang tergeletak di dasar wadah dangan nafas tersengal-sengal.

g. Pengobatan Ikan yang terserang Penyakit

Pengobatan ikan sakit dapat dilakukan beberapa metoda. Metoda yang dilakukan mempertimbangkan antara lain; ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang diberikan dan sifat ikan. Beberapa metoda pengobatan adalah sebagai berikut melalui suntikan dengan antibiotika, melalui makanan dan perendaman.

1) Metoda penyuntikan dilakukan bila yang diberikan adalah sejenis obat seperti antibiotik atau vitamin. Penyuntikan dilakukan pada daerah punggung ikan yang mempunyai jaringan otot lebih tebal. Penyiuntikan hanya dilakukan pada ikan yang berukuran besar terutama ukuran induk. Sedangkan yang kecil tidak dapat dilakukan.
2) Obat atau vitamin dapat diberikan melalui makanan. Akan tetapi bila makanan yang diberikan tidak segera dimakan ikan maka konsentrasi obat atau vitamin pada makanan akan menurun karena sebagian akan larut dalam air. Oelh karena itu metoda ini afektif diberikan pada ikan yang tidak kehilangan nafsu makannya.
3) Metoda perendaman dilakukan bila yang diberikan adalah bahan kimia untuk membunuh parasit maupun mikroorganisme dalam air atau untuk memutuskan siklus hidup parasit. Pengobatan ikan sakit dengan metoda perendaman adalah sebagai berikut;
• Pengolesan dengan bahan kimia atau obat, metoda ini dilakukan bila bahan kimia atau obat yang digunakan dapat membunuh ikan, bahan kimia atau obat dioleskan pada luka di tubuh ikan.
• Pencelupan; Ikan sakit dicelupkan pada larutan bahan kimia atau obat selama 15 – 30 detik, metoda ini pun dilakukan bila bahan kimia atau obat yang digunakan dapat meracuni ikan.
• Perendaman; dilakukan bila bahan kimia atau obat kurang sifat racunnya atau konsentrasi yang diberikan tidak akan membunuh ikan. Pada perendaman jangka pendek (15 – 30 menit) dapat diberikan konsentrasi yang lebih tinggi daripada pada perendaman dengan waktu yang lebih lama (1 jam lebih sampai beberapa hari)
d. Jenis Bahan Kimia dan Obat yang digunakan dalam pengobatanObat dan Bahan Kimia untuk pengobatan dan pencegahan mempertimbangkan antara lain:
• Dalam dosis tertentu tidak membuat ikan stress maupun mati
• Efektif dapat membunuh parasit
• Sifat racun cepat menurun dalam waktu tertentu.
• Mudah mengalami degradasi dalam waktu singkat.

Bahan Kimia dan Obat Penyakit
a. Kalium Permanganat

Kalium permanganat (PK) dengan rumus kimia KMnO4 sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. Sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan infeksi bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam. Bila dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi kimia sebagai berikut;

KMnO4  K+ + MnO4-
MnO4-  MnO2 + 2On On – Oksigen elemental. (Oksidator)

1) Sifat Kimia
Oksidator kuat
• Sifat bahan aktif beracun adalah merusak dinding-dinding sel melalui proses oksidasi.
• Mangan oksida membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit yang akhirnya menyebabkan kematian.
• Secara umum tingkat keracunan PK akan meningkat pada lingkungan perairan yang alkalin (basa).
• Tingkat keracunannya sedikit lebih tinggi dari tingkat pengobatannya.
• Dapat mengoksidasi bahan organik.

2) Manfaat
• Efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur (ektoparasit dan infeksi bakteri) dengan dosis 2 – 4 ppm pada perendaman.
• Bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.
• Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resisten terhadap PK, kecuali dengan perendaman.
• Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup, perlakuan diulang setiap2-3 hari
• Sebagai disinfektan luka.
• Dapat mengurangi aeromonas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif lainnya.
• Dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada Ulcer.
• Golongan ikan Catfish, perlakuann kalium permanganat dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm.
• Sebagai antitoxin terhadap aplikasi bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-20 jam dapat menetralisir residu Rotenone atau Antimycin. Dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan dosis pestisida yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, makan untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm.
• Transportasi burayak dapat dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm.
3) Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri)
• Filter biologi. tidak boleh dilewatkan larutan PK, karena dapat membunuh bakteri dalam filter biologi.
• Aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul organik teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut menurun.
• Berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.
• Dosis 2 ppm diberikan pada ikan-ikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik.
• Dosis 4 ppm diberikan pada ikan-ikan bersisik. Dosis tersebut tidak akan merusak tanaman air, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman air dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya.
• Satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia.
• Perlakuan dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.
b. Klorin

Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum. Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau menyengat. Perlakuan klorinasi dikenal dengan kaporit. Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl).
Cl2 + H2O  H2ClO3  Cl2 + H2O
NH4Cl + H2O  NH4+ + ClO3-

1) Sifat Kimia
• Klorin relatif tidak stabil di dalam air
• Kloramin lebih stabil dibandingkan klorin
• Klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan
• Reaksi dengan air membentuk asam hipoklorit
• Asam hipoklorit tersebut dapat merusak sel-sel protein dan sistem enzim ikan.
• Tingkat keracunan klorin dan kloramin akan meningkat pada pH rendah dan temperatur tinggi, karena pada pH rendah kadar asam hipoklorit akan meningkat.
• Efek racun dari bahan tersebut dapat diperkecil bila residu klorin dalam air dijaga tidak lebih dari 0.003 ppm
• Klorin pada konsentrasi 0.2 – 0.3 ppm dapat membunuh ikan dengan cepat
2) Tanda-tanda Keracunan

• Ikan bergerak kesana kemari dengan cepat.
• Ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah.
• Klorin dan kloramin secara langsung akan merusak insang sehingga dapat menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan kerja insang dan ikan tampak tersengal-sengal dipermukaan.
3) Perlakuan
Oleh karena klorin sangat beracun bagi ikan maka perlu dihilangkan dengan cara sebagai berikut;
• Air di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara kimiawi maupun fisika.
• Pengaruh klorin dihilangkan dengan pemberian aerasi secara intensif.
• Mengendapkan air selama semalam. Dengan demikian maka gas klorin akan terbebas ke udara.
• Menggunakan bahan deklorinator atau lebih dikenal dengan nama anti klorin.
• Anti-klorin lebih dianjurkan untuk air yang diolah dengan kloramin.
• Kloramin relatif lebih sulit diatasi hanya oleh natrium tiosulfat saja dibandingkan dengan klorin, karena maskipun gas klorinnya dapat diikat dengan baik, tetapi akan menghasilkan amonia
• Mengalirkan air hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit.
• Segera pindahkan ikan yang terkena keracunan klorin kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi. Dalam keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada akuarium.
• Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya gangguan pernapasan pada ikan-ikan.
c. Metil Biru

Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan Ichthyopthirius (white spot) dan jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 – 2 persen. Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.

1) Sifat Kimia
• Metil biru merupakan pewarna thiazine.
• Digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada akuarium.
• Dapat merusak filtrasi biologi dan kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan lainnya termasuk lem akuarium.
• Dapat merusak pada tanaman air.
• Untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan.
2) Dosis dan Cara Pemberian
• Untuk infeksi bakteri, jamur dan protozoa dosis yang dianjurkan adalah 2 ml larutan Metil biru (Methylene Blue) 1 % per 10 liter air akuarium.
• Perlakuann dilakukan dengan perendaman jangka panjang pada karantina.
• Untuk mencegah serangan jamur pada telur, dosis yang dianjurkan adalah 2 mg/liter.
• Cara pemberian metil biru pada bak pemijahan adalah setetes demi setetes. Pada setiap tetesan biarkan larutan metil biru tersebut tersebar secara merata.
• Tetesan dihentikan apabila air akuarium telah berwarna kebiruan atau biru jernih (tembus pandang). Artinya isi di dalam akuarium tersebut masih dapat dilihat dengan jelas.
• Perlakuan ini cukup dilakukan sekali kemudian dibiarkan hingga warna terdegradasi secara alami.
• Setelah telur menetas, penggantian air sebanyak 5 % setiap hari dapat dilakukan untuk mengurangi kadar metil biru dalam air tersebut dan mengurangi akumulasi bahan organik dan ammonium
d. Malachite green

Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin.

Terdapat indikasi bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman air. Disamping itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan akuarium , termasuk plastik.
Dosis dan Cara Pemberian
• Dosis 0.1 – 0.2 ml dari larutan 1% per 10 liter air, sebagai perlakuan perendaman jangka panjang. Pemberian dosis dapat dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis dilakukan, disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 %
• Dosis 1 – 2 ml dari larutan 1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 – 60 menit). Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan sebanyak 4-5 ulangan.
• Dosis campuran antara Malachite Green dan Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 – 0.1 ppm MG dan 10 -25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1 -0.2 ppm MG dan 10 – 25 ppm Formalin.
• Malachite Green dapat pula diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10 menit.
• Perlakuan hendaknya dilakukan pada tempat terpisah.
e. Formalin (HCHO dan CH3OH)

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya.

Formalin sangat beracun, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, tetapi lebih banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. Ikan yang akan diawetkan harus melalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.
1) Penggunaan

Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 – 30 menit). Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama.
2) Dosis dan Cara Pemberian

• Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata.
• Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengal-sengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium)
• Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 – 3 hari, kembalikan ikan pada wadah semula.
• Jangan dilakukan pada filter biologi, karena akan membunuh bakteri yang ada pada filter
• Lakukan penggantian air sebanyak 30%.
• Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasit besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelum ikan dimasukkan. lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau kurang apabila ikan menunjukkan gejala stres.

2. TUGAS-5
Untuk memahami pengelolaan kualitas air untuk pembesaran ikan( tradisional, semi intensif dan intensif), coba anda lakukan tugas –tugas dibawah ini dengan baik
a. Carilah ikan yang memiliki kebiasaan berenang tidak normal!
b. Amatilah bagian tubuh, insang, sirip ikan dan catat kelainan yang terdapat pada bagian bagian tubuh tersebut!
c. Cuplik bagian bagian tubuh yang cacat / borokan dan lihat di mikroskop!
d. Catat mikroorganisme yang terlihat di mikroskop!
e. Lakukan pengobatan ikan yang terserang penyakit!
f. Buat laporan kegiatan pengendalian hama dan penyakit!

3. TES FORMATIF-5
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dibawah ini dengan cara melingkar pada jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Ikan yang terserang bakteri pada bagian tubuhnya adalah salah satu contoh :
a. penyebab penyakit infeksi
b. penyebab penyakit non infeksi
c. malnutrisi
d. kualitas air

2. Penyebab penyakit malnutrisi diakibatkan oleh :
a. infeksi bakteri
b infeksi jamur
c. kurang makanan
d. kualitas air kurang baik

3. Pengeringan dan pengapuran dasar kolam bertujuan untuk :
a. menumbuhkan pakan alami
b. memperbaiki tekstur dasar kolam
c. memperbaiki kualitas air
d. membunuh hama dan penyakit ikan

4. Ikan yang terserang bakteri Armonas hydrophila memiliki gejala :
a. bagian tubuh luka/borok
b. berenang tidak normal
c. tidak mau makan
d. bagian insang bengkak

5. Untuk mengobati ikan yang terserang bakteri Aeromonas hydrophilla dilakukan menggunakan :
a. malachite green 1-2 ppm
b. kalium permanganat (PK) 10-20 ppm
c. methalyne blue 2-4 ppm
d. garam 10 ppt

IV. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. A
2. C
3. D
4. A
5. B